PARAPAT – Sigale-Gale merupakan salah satu kebudayaan Batak Toba yang dibanggakan. Boneka gerak ini menyimpan suatu cerita mistis yang mengagumkan. Dahulu, ada seorang raja, yang memiliki anak bernama Manggale. Dalam sebuah peperangan, Manggale tewas. Sang raja pun menjadi sangat sedih, hingga akhirnya jatuh sakit.
Penasihat kerajaan lalu mencari tabib di seluruh negeri. Seorang tabib mengatakan bahwa raja sakit rindu. Dan untuk mengobatinya sang tabib mengusulkan kepada penasehat kerajaan untuk dibuat suatu upacara di kerajaan itu dan memahat sebuah kayu menyerupai wajah Manggale.
Dalam upacara itu, sang tabib memanggil roh Manggale dan rohnya dimasukkan ke dalam kayu yang dipahat menyerupai wajahnya, kemudian boneka Manggale itu manortor (menari-red) dengan iringan khas musik Batak Toba, yaitu Sordam dan Gondang Sabangunan.
“Patung yang sudah dirasuki Manggale itu menari selama tujuh hari tujuh malam, tetapi pada hari ke delapan patung itu berhenti menari,” tutur J. Sidabutar, pemandu pertunjukkan Sigale-Gale di daerah Tomok, Pulau Samosir, Sumatera Utara. Dan boneka Manggale yang berhenti manortor itu disebut dengan Sigale-Gale.
Sampai saat ini, Sigale-Gale masih ada di Pulau Samosir, Sumatera Utara dan masih sering dimainkan dengan menggunakan playback musik. Sigale-Gale ini, menjadi salah satu ikon kebudayaan Sumatera Utara yang masih menarik perhatian pengunjung baik dari lokal maupun internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar